2.10.2009

Melongok Pengaturan Debit Air Sungai Brantas di Musim Penghujan








Setiap Jam Periksa Debit Air, 24 Jam Selalu Siaga

Hujan deras yang turun beberapa hari belakangan ini memang membuat pihak Jasa Tirta I bekerja lebih ekstra mengatur air di Sungai Brantas. Seperti apakah kerja serta peran Jasa Tirta I. Bagaimanakah cara kerja Jasa Tirta I mengatur arus air di Sungai Brantas agar tidak terjadi banjir di Mojokerto?


AIRLANGGA, Mojokerto


RUANGAN lantai dua kantor Perum Jasa Tirta I yang berada di Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, Kecamatan Mojokerto terasa sepi. Di ruangan berukuran 8x10 meter ini, hanya ada dua penjaga yang selalu mengawasi Sungai Brantas.
Jika dilihat dari ruangan ini, pintu air sungai brantas yang menjadi salah satu objek vital di Mojokerto terlihat jelas. Maklum saja, di ruangan ini memang berfungsi sebagai pemantau dan ruang kontrol pintu arus air Sungai Brantas.
Dua petugas masing-masing bernama Susilo dan Soleh terlihat sangat serius mengamati alat panel kontrol yang berada di sebelah kiri pintu masuk ruan kontrol. Alat berukuran 5x3 meter ini merupakan alat utama yang berfungsi untuk pengaturan arus air, buka tutup pintu air dan mengetahui kletinggian elevasi maupun debit air.
’’Debit air sungai saat ini normal, sekitar 470 kubik per detik, angka ini merupakan angka yang menunjukkan kalau debit air normal, berbeda dengan tiga hari lalu,’’ ujar Susilo yang ditemui sekitar pukul 14.00. Susilo memang bisa sedikit bernafas lega jika dibandingkan dengan tiga hari lalu yakni pada tanggal 2 Februari 2009. saat itu, Debit air menunjukkan angka 1072 kubik per detik. Angka yang menjadikan status Sungai Brantas menjadi siaga merah atau siaga banjir. ’’Tapi setelah itu angka terus menurun dan sudah tidak lagi menjadi status siaga,’’ tambah Susilo.
Peranan Jasa Tirta memang bisa dibilang vital dalam pengaturan air sungai. Maklum saja, air sungai banyak dibutuhkan oleh seluruh masyarakat. Baik itu untuk industri, irigasi, PDAM, PLTA dan pemeliharaan lingkungan. Bahkan, hampir 80 persen pengairan Sungai Brantas digunakan untuk sistem irigasi oleh petani.
Kepala Sub Divisi Air dan Sumber Air Perum Jasa Tirta I, Zainal Alim mengungkapkan, air sungai perlu dilakukan pengaturan agar bisa menguntungkan semua pihak. ’’Air perlu dikelola secara bijak, harus diperhatikan baik kualitas maupun kuantitasnya, kalau air terlalu banyak bisa merugikan dan kalau air sedikit juga sangat merugikan,’’ ujar Zainal.
Baik musim hujan maupun kemarau, Jasa Tirta memang selalu selalu bekerja ekstra keras. Zainal Alim mengatakan, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan air, yakni suplai atau ketersediaan air atau kebutuhan air.
Jika musim kemarau, Jasa Tirta harus pintar-pintar melakukan pengaturan air agar bisa dimanfaatkan oleh semua pihak. Ia mencontohkan, jika musim kemarau, air bisa sangat berkurang. ’’Meski kemarau, air tetap dibutuhkan oleh masyarakat, untuk itu dibutuhkan manajemen pengaturan air agar kebutuhan air bisa tercukupi,’’ ungkapnya.
Untuk itu, ia selalu berusaha melakukan koordinasi dengan berbagai instansi dengan melakukan rapat pengaturan tata pengaturan air. ’’Tujuannya agar masyarakat pengguna air bisa paham berapa air yang tersedia dan berapa kebutuhan yang harus dicukupi,’’ katanya.
Sama halnya dengan musim kemarau, disaat musim hujan, limpahan air di Sungai Brantas pun harus diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi luapan dan banjir. Pengaturan tersebut dilakukan dengan membuka tutup pintu air yang ada di beberapa tempat. Yakni di pintu air Sungai Brantas Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, pintu air Desa Mlirip, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto dan beberapa pintu air lainnya.
Dengan adanya pola alokasi air atau manajemen pengaturan arus Sungai Brantas, warga Mojokerto tidak perlu merasa resah terjadinya banjir yang diakibatkan hulu sungai. ’’Semua sudah diatur setiap saat dengan mengalihkan arus sungai di pintu air Desa Mlirip,’’ katanya.
Pihak Jasa Tirta juga selalu melakukan pemeriksaan ketinggian debit air setiap jamnya. ’’Debit air perlu dilakukan pengecekan agar bisa diketahui apa status sungai, sehingga dengan diketahui statusnya, ada antisipasi dini terjadinya sesuatu,’’ ungkap Zainal. Untuk menegtahui jumlah debit air, ada alat di ruangan panel kontrol yang langsung mencatat ketinggian air.
Di alat ini, terdapat tiga lampu yakni merah, kuning dan hijau yang menunjukkan status sungai. ’’Kalau statusnya merah, lampu merah akan menyala, begitu juga seterusnya,’’ ungkapnya.
Dijelaskannya, ada tiga kriteria penetapan status siaga di Sungai Brantas. Yakni siaga hijau jika ketinggian debit air mencapai 750 meter kubik per detik, siaga kuning jika ketinggian debit air mencapai 850 meter kubik per detik dan siaga merah jika debit air lebih dari 950 meter kubik per detik.
Alat tersebut juga terdapat tombol pembuka dan menutup air. Secara total, dipintu air Brantas terdapat delapan pintu yang berfungsi untuk mengatur arus air. ’’Makanya pintu air ini bisa dibilang alat vital, karena disinilah kunci yang bisa mencegah Kota Mojokerto dan sekitarnya dari banjir, kalau musim hujan tidak dibuka, maka banjir besar pasti datang,’’ katanya.
Dalam melakukan sistem pengaturan air, pihak Jasa Tirta sendiri juga dibantu masyarakat dengan menerapkan sistem early warning system yakni sistem peringatan dini berbasis masyarakat.
Yakni dengan meletakkan alat yang bisa memantau status perairan sungai. Alat tersbeut dipasang di beberapa anak Sungai Brantas yakni Sungai Sadar, Sungai Marmoyo,Sungai Kambing,Sungai Brangkal dan Sungai Porong. ’’Di sungai Porong ada tujh unit alat karena ditempat ini merupakan tempat pembuangan banjir,’’ katanya.
Alat-alat ini dirawat sendiri oleh masyarakat sekitar. Sehingga sistem ini memang berbasis masyarakat. ’’Masyarakat diberikan fasilitas seperti ponsel dan pulsa agar bisa memberikan informasi secepatnya kepada kita, setelah itu akan dilakukan koordinasi dan petugas juga akan mendatangi lokasi jika ada sesuatu,’’ kata Zainal Alim.


Tidak ada komentar: