2.20.2009

Oke Band, Grup Musik yang Digawangi Personel Tunanetra









Bangga, Ortu Tak Segan Belikan Alat Musik Sendiri

Keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk kreatif. Contohnya para murid SDLB Negeri Mojosari Kabupaten Mojokerto yang mahir bermain musik meskipun personelnya cacat fisik.


AIRLANGGA,Mojokerto

SELASA (17/2) sekitar pukul 08.00, suasana halaman sekolah SDLB Seduri lain dari biasanya. Dari pintu masuk, sayup-sayup suara alunan musik terdengar dari kejauhan. Suara drum dan gitar terdengar saling bersahut-sahutan membentuk irama lagu yang menembus dinding sekolah yang memiliki corak berwarna-warni.
Beberapa anak sekolah berseragam putih merah tampak bergerombol di depan kelas. Sesekali mereka tertawa girang sambil menggerak-gerakkan tangannya mengikuti irama lagu yang dimainkan tujuh orang dari dalam kelas.
Keenam laki-laki serta satu orang perempuan tersebut tampak serius memainkan alat musik dan bernyanyi. Sebuah lagu berjudul Satu Jam Saja dari grup musik ST 12 dimainkan ketujuh pemain musik asuhan SDLB Seduri ini saat berlatih.
Jika mendengar band bernama Oke Band ini akan menyangka kalau mereka adalah pemain band profesional. Namun, jika melihat penampilan mereka, setiap orang pasti akan takjub dan simpati karena keseluruhan personel Oke Band ini memiliki penyandang cacat fisik.
Januar Eko Prasetyo, 18 yang memainkan drum, Muhammad Muslik yang memainkan keyboard; Heru, 20, pemain bass; Agung Tri Utomo sebagai pemain melodi; Agus Yuliawati pemain tamborine serta penyanyi perempuan bernama Urnia Wardani, 16 adalah seorang tunanetra sedangkan penyanyi pria bernama Suyadi, 30, adalah seorang tunadaksa.
Tidak ada perasaan canggung bagi ketujuh anak band cacat ini. Mereka selalu membuktikan bahwa penyandang cacat bisa melakukan sesuatu dan berkarya layaknya orang lain.
Salah seorang orang tua siswa, Iva Silvia, 40, mengatakan, dirinya sagat bangga jika menyaksikan anaknya, Januar Eko bermain musik. ’’Ya jelas senang, karena dia terlihat percaya diri, saya selalu datang kalau Januar tampil,’’ terang warga Dusun Celangat, Desa Mlirip, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto ini.
’’Dulu anak saya memang senang bermusik, selalu mengiringi penyanyi-penyanyi saat manggung,’’ tambahnya. Untuk mendukung latihan anaknya, Iva pun bersedia merogohkan kocek untuk membeli sendiri alat musik. ’’Harganya tidak terlalu mahal, yang penting bakat anak saya bisa tersalurkan,’’ katanya.
Hal senada juga disampaikan Lilik Azah, 40, ibu dari Urnia Wardani atau yang selalu dipanggil Lia. ’’Setiap kali latihan ke sini selalu saya yang antar, saya senang melihat anak saya menyanyi, suaranya juga lumayan,’’ terang warga Ngoro, Jombang ini.
Lia adalah satu-satunya perempuan di band ini. Ia sendiri baru dua kali mengikuti latihan di SDLB Seduri ditengah-tengah kesibukannya menjadi siswi di MTs Pulorejo, Ngoro, Jombang.
Lia sendiri bukanlah penyandang tunanetra sejak lahir. Ia menjadi tunanetra sejak berumur 9 tahun akibat penyakit yang dideritanya. ’’Sebelumnya ia sakit tumor otak hingga akhirnya mengalami kerusakan pada matanya,’’ ujar Lilik sambil memegang sebuah ponsel yang digunakannya merekam suara merdu putri kedua dari tiga bersaudara ini. Namun meski begitu, Lia tampak menghayati lagu yang dinyanyikannya.
Meski menyandang tunanetra, anggota personel Oke Band juga selalu menunjukkan prestasinya. Sang keyboardis, Muslik misalnya, ia tercatat pernah menjuarai mata pelajaran Matematika tingkat Jatim, juara mata pelajaran IPS tingkat Jatim, juara catur tunanetra tingkat Jatim, serta juara harapan catur tingkat nasional.
Oke Band sendiri bukanlah hanya sebuah nama. Melainkan memiliki filosofi tersendiri bagi anggotanya. Oke band adalah akronim dari ’’Ora Ketok Band’’ dari bahasa jawa yang kalau diartikan menjadi bahasa Indonesia menjadi tidak melihat.
’’Ini karena hampir seluruh pemainnya penyandang tunanetra, nama ini bisa menjadi motivasi bagi kami untuk terus berkarya dan menunjukkan potensi yang kami miliki,’’ terang Muslik.
Kepala Sekolah SDLB Seduri sekaligus pelatih grup band ini, Purnomo, mengatakan, dirinya sangat bangga jika bisa melihat anak didiknya mahir memainkan alat musik dan bernyanyi. ’’Awalnya mereka memang sudah memiliki bakat dan kemauan yang keras, saya hanya memolesnya saja,’’ terangnya.
Ia sendiri sangat serius saat melatih anak didiknya. Tak jarang ia menghentikan permainan anak didiknya saat terdapat kekeliruan nada atau ada irama yang kurang pas.
Purnomo mengatakan, dirinya berusaha melatih sebaik mungkin anak didiknya hingga mahir memainkan alat musik dan tampil kompak. ’’Latihannya sebulan dua kali mulai pukul 8 pagi sampai 12 siang,’’ terangnya.
Materi latihannya pun sangat variatif dari lagu dangdut, pop hingga campursari. ’’Setiap pemain sudah memiliki bahan lagu yang akan dimainkan, jadi saat berlatih tidak canggung lagi,’’ terangnya.
Meski demikian, hambatan juga harus dihadapi oleh SDLB yang mendidik Oke Band. ’’Kendalanya yakni peralatannya, sebagian peralatan ini kami dapatkan sendiri dengan cara menyicil satu demi satu, untungnya kami juga mendapat bantuan dari dinas sosial berupa drum, melodi, gitar dan bass,’’ terang Purnomo yang juga mahir bermain keyboard.
Purnomo juga berharap bisa menambah lagi peralatan untuk bisa menunjang latihan anak didiknya. Salah satunya adalah sound system yang dirasa kurang. ’’Sound system di sini hanya ada dua, kalau mau lebih baik ya ada empat,’’terangnya.
Ia juga berharap ada pihak lain yang mengundang band ini mempertunjukkan kebolehannya bermain musik. ’’Kami akan coba koordinasi dengan pihak desa-desa atau pun kecamatan, kalau ada acara mungkin bisa mengundang anak didik kami,’’ ujar Purnomo.





Selengkapnya...

2.10.2009

Melongok Pengaturan Debit Air Sungai Brantas di Musim Penghujan








Setiap Jam Periksa Debit Air, 24 Jam Selalu Siaga

Hujan deras yang turun beberapa hari belakangan ini memang membuat pihak Jasa Tirta I bekerja lebih ekstra mengatur air di Sungai Brantas. Seperti apakah kerja serta peran Jasa Tirta I. Bagaimanakah cara kerja Jasa Tirta I mengatur arus air di Sungai Brantas agar tidak terjadi banjir di Mojokerto?


AIRLANGGA, Mojokerto


RUANGAN lantai dua kantor Perum Jasa Tirta I yang berada di Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, Kecamatan Mojokerto terasa sepi. Di ruangan berukuran 8x10 meter ini, hanya ada dua penjaga yang selalu mengawasi Sungai Brantas.
Jika dilihat dari ruangan ini, pintu air sungai brantas yang menjadi salah satu objek vital di Mojokerto terlihat jelas. Maklum saja, di ruangan ini memang berfungsi sebagai pemantau dan ruang kontrol pintu arus air Sungai Brantas.
Dua petugas masing-masing bernama Susilo dan Soleh terlihat sangat serius mengamati alat panel kontrol yang berada di sebelah kiri pintu masuk ruan kontrol. Alat berukuran 5x3 meter ini merupakan alat utama yang berfungsi untuk pengaturan arus air, buka tutup pintu air dan mengetahui kletinggian elevasi maupun debit air.
’’Debit air sungai saat ini normal, sekitar 470 kubik per detik, angka ini merupakan angka yang menunjukkan kalau debit air normal, berbeda dengan tiga hari lalu,’’ ujar Susilo yang ditemui sekitar pukul 14.00. Susilo memang bisa sedikit bernafas lega jika dibandingkan dengan tiga hari lalu yakni pada tanggal 2 Februari 2009. saat itu, Debit air menunjukkan angka 1072 kubik per detik. Angka yang menjadikan status Sungai Brantas menjadi siaga merah atau siaga banjir. ’’Tapi setelah itu angka terus menurun dan sudah tidak lagi menjadi status siaga,’’ tambah Susilo.
Peranan Jasa Tirta memang bisa dibilang vital dalam pengaturan air sungai. Maklum saja, air sungai banyak dibutuhkan oleh seluruh masyarakat. Baik itu untuk industri, irigasi, PDAM, PLTA dan pemeliharaan lingkungan. Bahkan, hampir 80 persen pengairan Sungai Brantas digunakan untuk sistem irigasi oleh petani.
Kepala Sub Divisi Air dan Sumber Air Perum Jasa Tirta I, Zainal Alim mengungkapkan, air sungai perlu dilakukan pengaturan agar bisa menguntungkan semua pihak. ’’Air perlu dikelola secara bijak, harus diperhatikan baik kualitas maupun kuantitasnya, kalau air terlalu banyak bisa merugikan dan kalau air sedikit juga sangat merugikan,’’ ujar Zainal.
Baik musim hujan maupun kemarau, Jasa Tirta memang selalu selalu bekerja ekstra keras. Zainal Alim mengatakan, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan air, yakni suplai atau ketersediaan air atau kebutuhan air.
Jika musim kemarau, Jasa Tirta harus pintar-pintar melakukan pengaturan air agar bisa dimanfaatkan oleh semua pihak. Ia mencontohkan, jika musim kemarau, air bisa sangat berkurang. ’’Meski kemarau, air tetap dibutuhkan oleh masyarakat, untuk itu dibutuhkan manajemen pengaturan air agar kebutuhan air bisa tercukupi,’’ ungkapnya.
Untuk itu, ia selalu berusaha melakukan koordinasi dengan berbagai instansi dengan melakukan rapat pengaturan tata pengaturan air. ’’Tujuannya agar masyarakat pengguna air bisa paham berapa air yang tersedia dan berapa kebutuhan yang harus dicukupi,’’ katanya.
Sama halnya dengan musim kemarau, disaat musim hujan, limpahan air di Sungai Brantas pun harus diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi luapan dan banjir. Pengaturan tersebut dilakukan dengan membuka tutup pintu air yang ada di beberapa tempat. Yakni di pintu air Sungai Brantas Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, pintu air Desa Mlirip, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto dan beberapa pintu air lainnya.
Dengan adanya pola alokasi air atau manajemen pengaturan arus Sungai Brantas, warga Mojokerto tidak perlu merasa resah terjadinya banjir yang diakibatkan hulu sungai. ’’Semua sudah diatur setiap saat dengan mengalihkan arus sungai di pintu air Desa Mlirip,’’ katanya.
Pihak Jasa Tirta juga selalu melakukan pemeriksaan ketinggian debit air setiap jamnya. ’’Debit air perlu dilakukan pengecekan agar bisa diketahui apa status sungai, sehingga dengan diketahui statusnya, ada antisipasi dini terjadinya sesuatu,’’ ungkap Zainal. Untuk menegtahui jumlah debit air, ada alat di ruangan panel kontrol yang langsung mencatat ketinggian air.
Di alat ini, terdapat tiga lampu yakni merah, kuning dan hijau yang menunjukkan status sungai. ’’Kalau statusnya merah, lampu merah akan menyala, begitu juga seterusnya,’’ ungkapnya.
Dijelaskannya, ada tiga kriteria penetapan status siaga di Sungai Brantas. Yakni siaga hijau jika ketinggian debit air mencapai 750 meter kubik per detik, siaga kuning jika ketinggian debit air mencapai 850 meter kubik per detik dan siaga merah jika debit air lebih dari 950 meter kubik per detik.
Alat tersebut juga terdapat tombol pembuka dan menutup air. Secara total, dipintu air Brantas terdapat delapan pintu yang berfungsi untuk mengatur arus air. ’’Makanya pintu air ini bisa dibilang alat vital, karena disinilah kunci yang bisa mencegah Kota Mojokerto dan sekitarnya dari banjir, kalau musim hujan tidak dibuka, maka banjir besar pasti datang,’’ katanya.
Dalam melakukan sistem pengaturan air, pihak Jasa Tirta sendiri juga dibantu masyarakat dengan menerapkan sistem early warning system yakni sistem peringatan dini berbasis masyarakat.
Yakni dengan meletakkan alat yang bisa memantau status perairan sungai. Alat tersbeut dipasang di beberapa anak Sungai Brantas yakni Sungai Sadar, Sungai Marmoyo,Sungai Kambing,Sungai Brangkal dan Sungai Porong. ’’Di sungai Porong ada tujh unit alat karena ditempat ini merupakan tempat pembuangan banjir,’’ katanya.
Alat-alat ini dirawat sendiri oleh masyarakat sekitar. Sehingga sistem ini memang berbasis masyarakat. ’’Masyarakat diberikan fasilitas seperti ponsel dan pulsa agar bisa memberikan informasi secepatnya kepada kita, setelah itu akan dilakukan koordinasi dan petugas juga akan mendatangi lokasi jika ada sesuatu,’’ kata Zainal Alim.


Selengkapnya...