6.30.2009

Derita Ahmad Amanda yang Tidak Memiliki Langit-Langit Rahang Atas





Sulit Bicara, Tidak Bisa mengunyah Dengan Sempurna

Tidak ada yang meninginkan lahir dengan ketidak sempurnaan. Termasuk Ahmad Amanda yang sejak lahir menderita Palatosisis atau tidak memiliki langit-langit pada rahang mulutnya. Meski demikian, ia tidak merasa minder.


AIRLANGGA, Mojokerto.


Rumah yang tanpa pagar bercat putih yang berada di Desa Sumengko, Kecamatan Jatirejo siang itu terlihat sepi. Pintu depan yang terbuat dari kayu dengan cat hijau dibiarkan terbuka lebar. Di depan rumah, beraneka alat untuk menambal ban tertata rapi. Sekitar satu meter dari alat penambal ban, puluhan botol berisi bensin tertata rapi diatas rak yang terbuat dari kayu dengan tulisan jual bensin.
Pemilik rumah rupanya membiarkan pintu rumah terbuka agar sewaktu-waktu ada pembeli bensin atau seseorang yang ingin menambal ban yang memanggil dapat terdengar.
Setelah pintu depan diketuk beberapa kali, Ahmad Amanda pun keluar dari dalam rumah sambil menyambut ramah koran ini. ’’Silahkan masuk, maaf berantakan,’’ ujarnya sambil menyambut. Saat bicara, suara Amanda memang tidak terdengar jelas. Hal ini dapat dimaklumi karena siswa SMK Negeri Jatirejo ini tidak memiliki bentuk mulut yang sempurna seperti teman-teman yang lain.
Amanda menceritakan, dia memang sudah memiliki kelainan pada mulutnya sejak lahir. ’’Saya tidak tahu sejak kapan, tapi kata ibu saya sejak lahir memang seperti ini,’’ terangnya. Saat berusia dua bulan, Amanda sempat dioperasi oleh ibunya karena tidak memiliki rahang atas. Saat itu, kondisi Amanda memang sangat memprihatinkan. Bagian mulut atasnya mengalami cleft lip atau bibir sumbing.
Meski dengan kondisi serba kekurangan, sang ibu, Yayuk berusaha mengoperasi anak pertamanya tersebut. Hasil perjuangan dan kerja kerasnya pun membuahkan hasil. Pada usia dua bulan, Ahmad Amanda akhirnya dioperasi. Meski sudah dilakukan oeprasis ebanyak satu kali, tapi menginjak remaja, Ahmad tidak dapat bicara dengan sempurna. Ahmad kerap kali kesulitan melafalkan kata-kata tertentu terutama dengan kata yang memiliki huruf ’’R’’.
’’Meski saya memiliki kekurangan seperti ini, tapi saya tidak merasa minder dengan kekurangan saya,’’ ujarnya. Karena sudah mengalami sumbing sejak kecil, teman-temannya tidak ada yang mengejek Ahmad Amanda. ’’Saya tidak pernah dikucilkan edngan teman-teman saya, mereka mau menerima saya apa adanya,’’ ujar nya.
Selama ini, Ahmad Amanda dikenal sebagai sosok remaja yang pekerja keras. Amanda tidak pernah menyusahkan orang tuanya. Bahkan, sejak ditinggal ayahnya karena meninggal pada usia 10 tahun, Amanda selalu berusaha mencari kerja sambil menyelesaikan sekolahnya.
Saat ini, disamping bersekolah di Jurusan Teknik Industri SMK Negeri Jatirejo, Ahmad membantu kakak sepupunya bekerja sebagai penambal ban didepan rumahnya. Selain itu, ia juga menjaga kios bensin. ’’Hasilnya lumayan untuk kehidupan sehari-hari,’’ terangnya.
Ahmad Amanda hanya berharap, suatu saat ada dermawan yang membantunya untuk operasi agar rahang mulut tasnya bisa sembuh. ’’Saya juga ingin bisa bicara lancar seperti teman-teman saya,’’ terangnya.
Drg. H.R.Anto Bagus, Sp.Pros, mengatakan, terdapat beberapa hal penyebab penderita bibir sumbing dan palatosisis (langit-langit) yakni berupa faktor genetik (bawaan) yang bisa akibat pernikahan dekat satu darah, disusul faktor gizi dibawah standar. ’’Kelainan yang merupakan bawaan sejak lahir yang sangat meresahkan orangtua adalah bibir sumbing. Selain mengenai bibir juga bisa mengenai langit-langit. Kelainan sumbing langit-langit lebih berefek kepada fungsi mulut seperti menelan, makan, minum, dan bicara. Bibir sumbing (cleft lip atau labioschizis) adalah suatu kelainan bawaan yang ditandai dengan adanya celah pada bibir, gusi, dan langit-langit yang dapat timbul sendiri atau bersamaan,’’ ujarnya.
Bagus, sapaan akrabnya mengatakan, dalam kasus yang dialami Ahmad Amanda memang tergolong cukup parah. ’’Pada usia diatas 17 tahun seperti Amanda, sudah sulit untuk dioperasi lagi,’’ terangnya.
Namun, teknologi dunia medis bisa membantu dnegan memasangkan alat bernama obturator atau alat-alat rahang atas buatan. ’’Pemasangan obturator yang terbuat dari bahan akrilik yang elastis, semacam dinding atas tiruan, tapi lebih lunak, Jadi pembuatannya khusus dan memerlukan pencetakan di mulut Amanda.’’ Terangnya.
Saat alat dipasang, Amanda bisa dapat bicara dengan lancar dengan catatan sering dilatih dengan rehabilitasi bicara.
Namun tidaklah mudah untuk mendapatkan alat ini mengingat kondisi keuangan keluarga Amanda yang serba kekurangan. ’’Alatnya bisa seharga Rp 500 juta, tapi untuk pemasangannya kami bisa bantu,’’ terang Bagus. Amanda hanya bisa berharap saat ini ada pihak dermawan yang bisa membantunya agar bisa seperti teman-temannya.















1 komentar:

Anonim mengatakan...

saya turut prihatin dan saya jg turut merasakan penderitaan ahmad amanda,krna saya jg tidak memiliki langit langit rahang atas(sumbing palatum).Dan saya jg brharap suatu hari nnti ada dermawan yg baik hati yang mau mmbantu saya.Karna sampai saat ini saya belum smbuh...