4.04.2009

Kiat Kreatif Akuwat Siasati Kelangkaan Minyak Tanah





Rakit Kompor Berbahan Bakar Kayu dari Kaleng Bekas

Kelangkaan minyak tanah (mitan) masih menjadi masalah serius masyarakat. Ini yang membuat Akuwat, warga Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto merakit alat alternatif menggunakan kayu bakar.

AIRLANGGA, Mojokerto

HAWA dingin menyelimuti sebuah rumah di Jl Raya Desa Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto. Meski demikian, si pemilik rumah, Akuwat, masih terlihat sibuk mengamati kaleng-kaleng bekas yang ada di depan sebuah kios menjahit miliknya.
’’Kaleng-kaleng bekas inilah yang nantinya akan saya buat menjadi kompor berbahan bakar kayu,’’ ujar bapak empat anak ini. Pria berumur lima puluh tahun ini memang selalu menghabiskan waktunya membuat kompor berbahan bakar kayu disamping kegiatan lainnya yakni menjahit dan membuka kios minuman di depan rumahnya.
Kios minuman dan usaha menjahitnya memang selalu tampak ramai karena letaknya yang strategis dekat dengan kawasan mahasiswa. Tidak ada yang menyangka jika diantara kiosnya juga disediakan kompor buatan Akuwat. Kompor yang diklaimnya bisa menjadi alat pembakar alternatif berbahan bakar kayu.
Di depan kios miliknya, hanya terdapat tulisan ’’jual kompor kayu’’ dengan spidol hitam di atas kain putih. Kain berukuran 60 x 30 sentimeter inilah satu-satunya penunjuk bahwa Akuwat menjual kompor buatannya.
Sekilas, tak ada yang istimewa dengan kompor kayu buatan Akuwat ini. Banyak yang bilang, jika kompor yang terbuat dari semen dan abu sekam itu hanya beton biasa. Bentuknya yang mirip beton penyangga tiang, tak menampakkan jika alat ini mampu membuat dua bilah kayu kecil menjadi bahan bakar yang tahan lama.
’’Kalau ingin memasak cukup memasukan kayu bakar dua batang saja ke dalam lubang yang ada di bawah kompor, maka api bisa menyala. Tapi sebelumnya diberi kertas untuk memancing apinya, bisa juga diberi sedikit minyak tanah,’’ jelasnya.
Akuwat mengatakan, dengan dimensi 25x25 sentimeter dan tinggi 35 sentimeter, kompor ini ternyata memiliki kekuatan untuk melipat gandakan api hasil pembakaran kayu. Bahkan, dengan hanya bermodal Rp 6 ribu saja untuk membeli kayu bakar, kompor ini bisa mencukupi kebutuhan memasak skala rumah tangga selama seminggu.
’’Teman saya sudah mencoba menggunakan kompor ini, dan terbukti bisa irit dan tahan lama, hasil pembakarannya juga tidak kalah dengan kompor minyak yang banyak dijual,’’ ujarnya.
Cara penggunaannya pun cukup mudah. Untuk memulai memasak, kita hanya butuh dua bilah kayu berukuran tebal 2 sentimeter dengan panjang 75 sentimeter. Mulailah melakukan pembakaran dengan menggunakan kayu ini melalui lubang kompor yang berdiameter sekitar 9,5 sentimeter itu.
Sekitar dua menit setelah api menyala, panas kompor akan merambat ke seluruh bagian beton yang terbuat dari abu sekam dan semen. ’’Hanya dengan dua kayu kecil ini, kita bisa memasak nasi dan sayur serta menggoreng,’’ terang Akuwat, satu-satunya perajin kompor kayu asal Desa Gayaman.
’’Kalau kompor ini diletakkan di tempat yang bersih, bagian bawahnya diberi alas sebagai tempat abu, sisa pembakaran kayu tadi,’’ tambahnya.
Dia lantas menuturkan alasan kenapa kompor buatannya itu bisa menghemat kayu. Alasannya, panas di dalam kompor tak akan keluar dan membakar beton hasil campuran abu sekam dan semen itu.
Jika sudah menyala kata dia, beton ini akan menghasilkan panas yang terus menerus. ”Kayu ini sebagai pemicu panasnya. Sementara beton, berfungsi untuk mempertahankan panasnya,’’ terangnya.
Dia juga sempat berbagi bagaimana cara membuat penghasil energi alternatif ini. Dengan menggunakan kaleng lem berukuran 25x25x35 sentimeter, dibuatlah lubang dengan diameter 9,5 sentimeter di salah satu sisi kaleng yang berbentuk kotak.
Setelah itu, dibuat adonan semen dan abu dan buatlah lubang di bagian tengah, tembus dengan lubang yang dibuat sebelumnya. ’’Takaran yang tepat, butuh semen 2 kilogram. Sisanya abu sekam. Jika tak tepat takarannya, maka alat ini tak akan berfungsi dengan baik,’’ ujarnya membagi pengalaman.
Akuwat tidak takut jika nanti banyak orang yang menirukan kompor alternatif buatannya. ’’Saya orangnya terbuka, tidak ada yang dirahasiakan jadi tidak masalah kalau banyak yang meniru,’’ ujarnya.
Ia menjelaskan awal mula Akuwat menciptakan kompor buatannya. Bermula saat istrinya mulai kesulitan membeli minyak tanah akibat langka. ’’Kalau pun ada, harganya pasti mahal dan jumlahnya terbatas,’’ ujarnya.
Oleh karena itu, Akuwat pun mulai memeras otak memikirkan bagaimana cara memasak tanpa tergantung dengan minyak tanah.
’’Karena itu, saya mencoba untuk membuat energi alternatif lain. Saat ini, warga sekitar sudah banyak yang menggunakan kompor ini,’’ katanya. Ia mulai membeli kaleng bekas lem kepada kenalannya seharga Rp 10 ribu.
Hanya dengan bermodalkan kaleng tersebut, Akuwat mulai melakukan eksperimennya. ’’Awalnya saya berpikir bagaimana kayu bakar kembali digunakan sebagai bahan bakar, jadi saya buat kompor dari kaleng dan bagian tengahnya saya lubangi sebagai tempat meletakkan kayu bakar,’’ katanya.
Dia menjamin, hanya dengan modal membeli kayu bakar Rp 6 ribu saja, kompor ini bisa memenuhi kebutuhan memasak skala rumah tangga hingga seminggu lebih. Lantaran itu, dia mengaku jika kompor yang dibuat sejak tiga bulan lalu itu, ini mulai diburu warga. ’’Saya menjualnya dengan harga antara Rp 25 ribu sampai Rp 35 ribu,’’ tukasnya. Selain banyak diburu, kini banyak juga warga sekitar yang mulai ikut-ikutan membuat kompor kayu bakar.
Salah satunya adalah kerabat Akuwat sendiri yakni Mujahidin, 37. Di rumahnya yang terletak di Desa Ngarjo, Kecamatan Mojoanyar, Mujahidin juga membuat kompor seperti milik Akuwat. ’’Saya memang belajar dari Akuwat sendiri,’’ terangnya.
Mujahidin juga mengaku jika banyak tetangganya yang juga ikut-ikutan membuat kompor. Bahkan, diantaranya sudah ada yang dilakukan modifikasi. ’’Bagi saya juga tidak ada masalah jika banyak yang mulai meniru, ini juga kan berguna untuk orang banyak,’’ katanya.