4.27.2009

Melongok Unas Pelajar Sekolah Luar Biasa (SLB)




Diberi Waktu 2 Jam, Cukup Kerjakan Soal 1 Jam

Sejak Senin kemarin, siswa SMP mengikuti Ujian Nasional (Unas). Suasana tegang meraih nilai terbaik untuk syarat ke sekolah jenjang selanjutnya terlihat di hampir semua siswa. Namun agak berbeda di SMPLB PGRI Dlanggu. Suasana ujian di sini terlihat agak enjoy

AIRLANGGA, Mojokerto

PAGI sekitar pukul 07.30. Dua belas siswa SMPLB PGRI mulai berkumpul di depan ruang kelas yang ada di ujung bangunan sekolah. Sesekali, diantara mereka bersenda gurau dengan teman sebayanya.
Suara canda tawa pun terdengar jelas. Tidak ada raut wajah tegang yang diperlihatkan ke-12 siswa ini. Namun begitu, mereka sadar kalau ujian yang diikutinya sangatlah penting bagi masa depan mereka.
Meski selalu riang dan selalu bercanda antarsesama siswa, namun sebenarnya kedua belas siswa ini tidak menganggap remeh ujian nasional yang diikuti mereka. Setiap harinya, mereka selalu belajar agar bisa mengikuti ujian.
Bel sekolah pun berbunyi tepat pukul 08.00. Itu pertanda, dua belas siswa diwajibkan memasuki ruangan kelas untuk mengikuti ujian. Kali ini, mereka harus menyelesaikan 50 soal mata pelajaran bahasa Indonesia.
Dua guru SMPLB pun membagikan kertas satu per satu mengelilingi meja yang dibuat dua baris. Selama pembagian kertas soal, para siswa ini tidak juga memperlihatkan rasa gelisah. Senda gurau tetap diperlihatkan murid-murid ini. Setelah pengawas mempersilakan untuk mulai mengerjakan soal, barulah kedua belas siswa tadi serius mengerjakan soal.
Suasana yang tadinya terdengar sedikit ramai pun tiba-tiba menjadi sunyi. Kedua belas siswa mulai membungkuklan badannya memperhatikan soal. Ruang ujian yang ada di SMPLB ini sendiri dibagi menjadi dua.
Yakni empat siswa tunarungu mengikuti ujian nasional sedangkan delapan siswa tunagrahita mengikuti ujian sekolah. Kelas dibagi dua dengan dipisahkan menggunakan sekat dari papan. Masing-masing kelas diawasi oleh dua guru setempat yang siap memberikan bantuan jika dibutuhkan.
Kendati mengalami cacat fisik dan mental, namun kemampuan akademis siswa SLB tak bisa dipandang sebelah mata. Buktinya, dengan waktu 2 jam yang diberikan untuk menjawab soal, mereka hanya butuh satu jam untuk menyelesaikan seluruh pertanyaan.
Menurut Tatok Budi Utomo, kepala SMPLB PGRI Dlanggu mengatakan, hanya siswa SLB B saja yang mengikuti ujian nasional. Pada hari pertama ini, siswa mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia.
’’Mata pelajaran yang di-uji-kan sama dengan sekolah umum, yaitu ada empat mata pelajaran, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA, masing-masing dilaksanakan satu hari,’’ terang Budi.
Sedangkan untuk siswa kelompok C atau tunagrahita, pihak sekolah mengadakan ujian sekolah. Kendati memiliki kekurangan, mereka juga mempunyai standar kelulusan yang sama dengan sekolah umum lainnya, yaitu nilai minimal 5,5.
’’Soalnya sama seluruh Indonesia. Tapi bukan sama dengan sekolah umum, melainkan sama dengan SLB B di seluruh Indonesia,’’ terangnya.
Agar semua siswanya lulus, menurut Budi, pihak sekolah sudah melakukan latihan soal dari soal ujian tahun sebelumnya. ’’Kita juga sudah beberapa melakukan tryout. Tahun lalu juga lulus semua,’’ katanya.
Menurut Budi, mengikutsertakan tunagrahita dalam Unas kali ini bertujuan agar mereka tidak dibedakan dengan yang lainnya. Selain itu, momentum Unas ternyata dapat dijadikan momen untuk saling sosialisasi antara penyandang tunagrahita dengan penyandang cacat lainnya. ’’Mereka kan tidak bisa tersisih, itu bisa memengaruhi psikologis mereka,’’ tambah Budi.
Perhatian khusus untuk siswa di SLB, kata Budi, bukan berarti spesialisasi bagi peserta Unas. Panitia Unas tetap menggunakan asas evaluasi dalam pelaksanaan Unas di SLB.
Secara keseluruhan, lanjut Budi jumlah total siswa SLB yang telah menyelesaikan studi di tempat ini sudah mencapai ratusan. Sekolah ini menyediakan semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
Di sekolah ini, siswa SLB diajari berbagai jenis keterampilan yang nantinya diharapkan untuk meningkatkan kemandirian siswa. Untuk tingkat Sekolah menengah pertama rasio pembelajarannya adalah 40 persen pelajaran materi dan 60 persen lainnya adalah pelajaran keterampilan.
Sedangkan untuk siswa sekolah menengah rasionya adalah 30 persen untuk pelajaran materi dan 70 persen lainnya untuk pelajaran keterampilan. ’’Salah satu keterampilannya yakni membuat kain penutup galon, dan memang buatan mereka sangat bagus,’’ terang Budi.
Salah satu seorang siswa, Aminah, mengatakan, dirinya tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. ’’Sebelumnya memang sudah belajar, pihak sekolah juga selalu melakukan pelatihan agar siswa lulus semua,’’ ujarnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Johan Sumaryadi. Ia mengatakan, tidak ada perasaan gugup sama sekali dalam melaksanakan ujian. ’’Yang penting berusaha dan berdoa agar semuanya berjalan lancar, setiap malam orang tua saya selalu mengingatkan agar belajar,’’ terangnya.
Begitu pula yang dikatakan oleh Lamiaji Setiawan dan Slamet Mulyo. Keempat siswa SMPLB B ini adalah peserta ujian. Mereka berharap. Tahun ini bisa lulus sekolah dan melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya.
Harapan agar para siswa SLB ini agar lulus juga diutarakan oleh orang tua siswa. Ngatmini, 41, warga Desa Kepuh Arum, Kecamatan Kutorejo mengatakan, dirinya selalu berupaya memberikan dorongan agar anaknya mau belajar.
’’Sebelumnya anak saya malas belajar, tapi untunglah saat mau ujian belajarnya jadi rajin, setiap malam ia selalu buka buku,’’ katanya saat mendampingi anaknya, Sulistyohadi mengikuti ujian sekolah.
Begitu juga yang diutarakan oleh Muawanah, 48, warga Desa Kintelan Puri. Menurutnya, putrinya memiliki semangat luar biasa untuk bisa lulus tahun ini. ’’Saya tidak bosan-bosan mendampingi dia belajar ataupun ke sekolah,’’ terang ibu dari Sifaun Nadiyah ini.

Tidak ada komentar: