8.10.2009

Candi Brahu, Situs yang Berubah Jadi Tempat ’’Ngumpet’’ Para Pelajar




Foto: salah satu pasangan muda-mudi yang berada di Candi Brahu





Jadi Jujugan Membolos, Ganti Seragam untuk Kelabui Petugas

Candi Brahu dan beberapa candi lainnya yang ada di Kecamatan Trowulan, Kabupaten memang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Namun, segelintir kalangan pelajar dan pasangan muda-mudi justru memiliki alasan lain daripada belajar sejarah dan budaya bangsa di candi ini.

AIRLANGGA, Trowulan



TERIK matahari, seakan menjadi saksi kegagahan Candi Brahu, yang terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Terik matahari terus naik ke atas langit seiring waktu yang terus berjalan. Areal candi yang mencapai sekitar 1 hektare, menjadi tempat yang nyaman untuk sekedar berteduh dan menikmati peninggalan sisa kejayaan Kerajaan Majapahit ini. Apalagi di sekitar candi yang berada di tengah persawahan itu, terdapat beberapa bangku dengan tanaman teduh.
Dibawah terik matahari, beberapa anak muda-mudi berpakaian seragam SMA mulai silih berganti mendatangi Candi Brahu yang ada di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan. Pasangan muda-mudi ini pun langsung memarkir motor mereka setelah sebelumnya membayar karcis parkir seharga seribu rupiah. Beberapa menit kemudian, pasangan muda-mudi lainnya kembali datang mengendarai motor.
Tidak seperti kedatangan wisatawan yang memang sengaja menikmati kemegahan candi ini, pasangan muda-mudi ini langsung menuju tempat duduk yang sebenarnya digunakan sebagai tempat berteduh. Mereka sengaja memilih tempat yang tidak dapat dilihat orang lain.
Rupanya, kondisi nyaman untuk beristirahat seperti ini, menjadi tempat favorit pasangan muda-mudi. Tak jarang diantara mereka, masih menggunakan seragam sekolah.
Tentu saja, kedatangan para pelajar itu, bukan untuk menikmati dan mempelajari pemandangan berupa bangunan dari batu bata yang konon menjadi tempat pembakaran jenazah para raja. Lokasi candi, hanya menjadi tempat untuk memadu kasih dua insan berlainan jenis yang rata-rata dari mereka berusia remaja.
Kondisi seperti ini hampir terjadi setiap harinya. Bahkan, saat lokasi candi baru buka, sudah ada pasangan muda-mudi usia sekolah yang mendatangi candi hanya untuk sekedar berdua-duaan.
Salah satu pasangan yang berusaha diwawancarai koran ini mengatakan, mereka tidak terlalu sering berkunjung ke tempat ini. ’’Kita tidak membolos, kebetulan tadi ada rapat guru dan sekolah diliburkan lebih awal,’’ terang siswi yang masih mengenakan seragam lengkap bersama teman lelakinya.
Banyaknya pasangan muda-mudi dan pelajar yang membolos di tempat ini, tentu saja membuat penanggung jawab candi sedikit terganggu. Selain telah mengubah fungsi candi, kerap kali lokasi ini menjadi sasaran bolos sekolah. ’’Memang, banyak anak sekolah yang hanya datang untuk pacaran, bukan untuk belajar sejarah,’’ kata Sodim yang mengaku menjadi penjaga candi.
Dia mengaku, tak bisa banyak berbuat dengan ulah pelajar dan pasangan muda itu. ’’Kita juga tidak bisa melarang mereka. Masak mereka harus diusir, mereka juga pengunjung. Kita juga tidak tahu tujuan awal mereka seperti apa, yang kita tahu mereka ini,’’ imbuhnya.
Kerap kali, ia mengingatkan jika lokasi candi bukan tempat kencan gratis melainkan tempat para wisatawan menikmati wisata sejarah. Kendati telah banyak mengingatkan, masih saja ada pelajar yang memilih lokasi candi untuk tempat janjian. ’’Kadang anak-anak muda sekarang pinter-pinter Mas, banyak alasannya. Kadang ada juga yang salin terlebih dahulu sebelum membolos ke tempat ini,’’ ungkap Sodim lagi.
’’Lihat saja, ada berapa pasang yang ada di bangku-bangku itu. Saya capek mengingatkan,’’ ujar Suyono, penjaga candi lainnya sembari menunjuk dua bangku terpisah yang masing-masing terisi satu pasangan
Menurut dia, banyaknya pelajar yang memanfaatkan lokasi Candi, lantaran mereka sama sekali tak dipungut biaya untuk masuk lokasi. Apalagi, banyak tempat terpencil yang bisa meloloskan mereka dari pandangan pengunjung lainnya. ’’Memang lokasinya luas, dan banyak pilihan tempat. Lagi pula, lokasi pelataran candi, jauh dari jalan, terangnya.
Kondisi ini kata Suyono, terjadi saat hari aktif sekolah. Sementara di hari libur, lokasi candi memang menjadi jujugan para wisatawan sesungguhnya. Selain hari libur, lokasi candi memang hanya dikunjungi segelintir pengunjung saja. Paling-paling, sehari hanya lima pengunjung, tuturnya.
Andik, petugas lainnya mengatakan, selama ini memang tidak ada operasi terhadap anak bolos di areal candi ini. ’’Kalau di tempat lain memang ada, seperti di Candi Tikus, Pendapa Agung dan tempat sejarah lainnya. Tapi kalau di sini tidak pernah ada razia sama sekali,’’ ungkapnya.
Pada hari-hari libur, candi yang sempat dipugar tahun 1989-1992 ini memang agak berbeda. Tak hanya wisatawan domestik saja yang singgah. Tak jarang, wisatawan asing juga mengabadikan gambar dan mengagumi bangunan kuno itu.
’’Kalau hari libur, banyak pelajar yang ke sini. Tapi niatnya bukan pacaran, melainkan ingin megetahui sejarah candi. Biasanya yang datang rombongan menggunakan bus,’’ terangnya sambil menunjuk buku tamu yang memang mencatat sepinya pengunjung di hari efektif dan ramainya wisatawan di hari libur.
Selain yang datang adalah wisatawan tak sengaja kerap kali juga lokasi candi dikunjungi rombongan pelajar dari luar kota. Suasana seperti inilah sebenarnya yang membuatnya kerasan menjaga candi. ’’Harusnya begitu. Lokasi candi untuk belajar, bukan untuk tempat pacaran,’’ harapnya



1 komentar:

muaz mengatakan...

wah salam satu jiwa arema....
wah masnya sepertu budayawan aja...tapi sip sip sip.generasi muda yg bai...

RENTAL LCD PROYEKTOR & multimedia.Untuk presentasi, seminar, rapat, nonton, nikah, pertunjukan,dll.
kunjungi kami di http://rental.invest77.com