Banyak Pencuri Berkeliaran, Tetap Laris karena Ikuti Mode
Lebaran adalah saat-saat para pedagang PKL di kawasan Joko Sambang kebanjiran rezeki. Betapa tidak, setiap harinya, banyak warga datang ke kawasan wisata niaga ini untuk berburu pakaian murah.
AIRLANGGA, Mojokerto
HIRUK-PIKUK lalu lintas di jalanan selebar empat meter sangat terasa di saat hari menjelang sore. Lalu-lalang sepeda motor dan sepeda adalah pemandangan biasa di kawasan ini. Pengendara motor yang melintas di kawasan ini memang dituntut memiliki kesabaran yang tinggi.
Maklum saja, kawasan ini memang sengaja diperuntukkan bagi mereka yang ingin melihat-lihat barang murah.
Namun, sesekali terdengar suara klakson sepeda motor bagi pengendara yang salah pilih jalan. Di sepanjang jalan, suara pedagang menawarkan pakaiannya sangat terdengar jelas. Suara khas pedagang kaki lima yang mencoba mendapatkan peruntungan bagi pengunjung yang melintas.
Langit semakin sore menjelang kaum muslimin berbuka puasa. Perlahan, sepanjang jalan Joko Sambang mulai menampakkan denyut ekonomi. Di pusat PKL pakaian kelas menengah ke bawah itu mulai dikerubungi pembeli yang rata-rata mengendarai roda dua. Sisa lebar jalan yang tinggal sekitar 4 meter itu mulai menyempit lantaran banyaknya kendaraanyang lalu-lalang.
Semakin malam, jalan itu semakin sempit saja. Karena tak hanya melintas, ratusan roda dua ini malah berhenti di depan ratusan kios pakaian yang menjual beragam jenis dan harga itu. Satu per satu kios para pedagang dengan gemerlap lampu ini mulai dipenuhi pembeli, yang rata-rata kalangan muda.
Bagi kalangan muda, kawasan Joko Sambang memang akrab. Di tempat inilah mereka bisa melampiaskan hasrat ’’bergaya’’ dengan tanpa merogok kocek dalam-dalam. Betapa tidak, dengan hanya uang sebesar Rp 15 ribu saja, mereka sudah bisa mendapatkan sebuah kaos yang beraneka desain.
Tak hanya kaos, sejumlah celana jins merek lokalan juga banyak dijual di sini. Beberapa kios juga menjual celana bermerek namun dengan harga bersahabat. Entah karena barang yang dijual itu adalah produk gagal, atau produk ’’sulapan”. Yang jelas, di lokasi ini bisa memenuhi semua kebutuhan fashion kalangan muda.
Banyaknya pengunjung menjelang Lebaran seperti ini, tentu menjadi berkah bagi ratusan pedagang. Omzet mereka bisa naik hingga tiga kali lipat dari hari-hari biasa. ’’Kalau pengunjung paling ramai sekitar pukul 4 sore sampai magrib, pasti banyak anak muda yang datang membeli baju Lebaran,’’ ujar Sulistiono, salah satu pedagang kaos khas anak muda.
Namun dalam kondisi ini, para pedagang juga merasa waswas. Ada bahaya yang mengancam berkurangnya laba mereka dari berjualan pakaian itu. ’’Banyak yang laku, tapi banyak juga pakaian yang hilang,’’ celetuk Sulistiono, pedagang asal Kecamatan Dlanggu.
Dia menjelaskan, pada puncak membeludaknya pembeli, mulai magrib hingga pukul 21.00, pengawasan di kiosnya mulai melemah. Itu lantaran banyaknya pembeli yang mengunjungi kiosnya.
Kondisi inilah yang membuka lebar kesempatan bagi pencuri pakaian. ’’Yang menjaga kios hanya saya dengan adik saya. Sementara pembelinya memenuhi kios yang sempit ini,’’ tukasnya.
Sejauh ini, dia memang tak pernah menangkap tangan para pencuri pakaian itu. Hilangnya sejumlah stok barang ini, diketahui saat ia menghitung jumlah uang yang didapat. Setiap hari, ia harus kebingungan mencocokkan jumlah uang dan pakaian yang laku.
’’Pasti ada saja satu atau dua pakaian yang hilang setiap harinya. Ini juga dialami teman-teman saya yang lainnya,’’ ujarnya.
Ia sendiri mengaku tak bisa berbuat banyak, mengingat kesibukannya melayani pembeli yang membeludak. ’’Kami tak punya satpam yang bisa mengawasi. Pengawasannya memang lemah,” tukas pedagang yang sudah puluhan tahun berbisnis pakaian kelas menengah ke bawah ini.
Kondisi yang sama juga diungkapkan Darmawan pedagang lainnya. Ia pernah sempat menghitung berapa potong pakaian yang raib tanpa rupiah. ’’Pernah sampai sepuluh potong kaos dan celana. Kami sendiri juga tak tahu kelompok mana yang jahil itu,” kata Darmawan.
Darmawan dan pengunjung lainnya hanya berharap adanya kesigapan petugas yang membantu mereka. ’’Dulu sempat ada pencuri yang tertangkap. Tapi kami lepaskan karena kasihan. Pencuri itu juga karena tidak memiliki uang,’’ terangnya.
Namun, pencuri yang belakangan mencuri di kawasan Joko sambaing ini menurutnya dilakukan secara berkelompok. ’’Pasti ada yang mengkoordinir. Tidak mungkin kalau beraksi sendirian,’’ ungkapnya.
Meski demikian, para pedagang tidak sampai rugi banyak jika melihat banyaknya pengunjung di kawasan Joko Sambang. Salah seorang pengunjung, Fitriana, 19, mengatakan, dia memang sengaja datang kekawasan Joko Sambang untuk mencari baju lebaran nanti. ’’Harga di sini bisa ditawar setengah harga dari yang ditawarkan penjual. Kualitas dan modelnya juga baru-baru,’’ ujarnya yang ditemani teman prianya.
Basuki, pengunjung lainnya mengatakan, mode pakaian yang ditawarkan di sini juga tidak ketinggalan. ’’Kebetulan saya mencari jaket seperti vokalis ST 12. Di sini banyak yang jual,’’ ujar pemuda berusia 18 tahun ini malu-malu.
10.26.2009
Suka Duka PKL Joko Sambang Raup Rezeki Lebaran
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar