10.26.2009

Trowulan, Kawasan yang Diduga Pusat Kota Majapahit







Arkeolog pun Sibuk Menggali dan Menyingkap Tabir

Kerajaan Majapahit hingga sekarang masih menjadi misteri baik bagi masyarakat ataupun para peneliti. Proses ekskavasi situs-situs di Trowulan, Mojokerto pun dilakukan karena dianggap sebagai pusat Kota Majapahit. Bagaimanakah proses ekskavasi tersebut?

AIRLANGGA, Trowulan

DUA alumnus jurusan Arkeologi Universitas Gajah Mada Jogjakarta dan Universitas Indonesia tampak tekun melihat bongkahan batu berwarna merah di bawahnya. Sorot kedua mata mereka tak pernah lepas dari situs-situs yang sudah bercampur dengan tanah dan batuan.
Kedua tangannya tampak teliti mengais tanah menggunakan kuas kecil. Sesekali mulut mereka meniup butiran-burtiran pasir yang menghalangi alur goresan-goresan yang terukir diatas batuan bersejarah.
Terik matahari tidak menghalangi kedua pria ini untuk mengungkap fakta sejarah Majapahit. Salah satu kerajaan terbesar di Indonesia. Ada sekitar empat belas peneliti yang sedang melakukan pekerjaannya di halaman samping Pusat Informasi Majapahit (PIM) yang berada di Desa/Kecamatan Trowulan.
Proses ekskavasi yang dipimpin Cecep Eka Permana, arkeolog Universitas Indonesia, melibatkan lima regu. Setiap regu terdiri dari lima pegawai BP3 Trowulan. Juga ada tiga tenaga ahli yang sebelumnya terlibat rehabilitasi Candi Borobudur.
Mereka adalah ahli pemetaan Bambang Siswoyo, ahli gambar Bambang Sumedi, dan ahli fotografi Suparno. Serta melibatkan alumni dari Universitas Gajah Mada Jogjakarta dan Universitas Indonesia.
Menurut Osrifoel Oesman, anggota tim evaluasi pembangunan pusat informasi tersebut, lokasi yang diekskavasi ini kemungkinan besar adalah pemukiman penduduk di masa Majapahit sekitar abad ke-13 dan abad ke-14. Dilihat dari struktur batuan, lantau serta artefak yang ditemukan, kemungkinan besar lokasi yang digali ini adalah pemukiman penduduk kalangan atas.
’’Tidak mingkin ada artefak bagus di kawasan penduduk biasa, secara logika kan seperti itu. Contohnya sekarang ini ada perbedaan pemukiman kawasan Menteng Jakarta dengan penduduk di Jakarta Utara yang biasa-biasa saja,’’ ungkap pria yang berpenampilan nyentrik ini.
Dia menjelaskan, kawasan 800 meter persegi itu sudah bisa diekskavasi hingga akhir tahun 2009. Tak kurang dari 200 lubang baru ukuran 4x4 meter bakal digali dengan sistem grid. Tahap pertama sudah dilakukan pada 28 Juli-8 Agustus lalu. Pada tahun 2010 proses ekskavasi akan dikembangkan ke situs Segaran 5, arah selatan lokasi pembangunan pusat informasi. ’’Mencakup situs Segaran 2 hingga Segaran 5 sepanjang 120 meter,” kata Osrifoel.
Pada proses ekskavasi tahap kedua ini, rencananya tim akan menggali dan merehabilitasi 30 kotak atau seluas 480 meter persegi. Hasil sementara, peneliti menemukan lantai zaman Majapahit di sebelah selatan PIM. Disamping itu, sebuah tembok selebar 90 sentimeter dengan panjang 1,5 meter ditemukan di sekeliling lokasi PIM.
’’Dugaan kami, tembok-tembok itu bagian dari cluster-cluster (kavling, Red) sheingga ini semakin meyakinkan kami kalau di lokasi ini adalah kawasan hunian,’’ ujarnya. ’’Tapi kalau kawasan hunian biasanya ada jalan-jalan tapi sampai saat ini kami masih belum menemukan,’’ ungkapnya.
Cecep Eka Permana, arkeolog Universitas Indonesia mengatakan, proses ekskavasi dilakukan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Jawa Timur dengan pengawasan, perencanaan, dan evaluasi oleh tim rehabilitasi.
Menurut Cecep, pada tahap pertama dibuka 38 grid untuk merehabilitasi bekas-bekas ekskavasi dan pembangunan yang merusak peninggalan bangunan dan struktur permukiman zaman Majapahit di bawahnya.
Ketua tim rehabilitasi, Prof Mundardjito mengungkapkan, proses ekskavasi ini memang akan dilakukan sebanyak empat tahap. ’’Kesimpulannya belum dapat ditentukan, tapi kemungkinan kalau di lokasi ini adalah kawasan hunian sangat besar,’’ ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Purbakala, Junus Satrio menjelaskan, proses rehabilitasi ini memiliki dua sasaran yakni PIM sebagai pusat informasi yang benar-benar memberikan informasi bukan hanya sekedar bangunan saja.
Disamping itu, proses ekskavasi ini juga memiliki tujuan untuk rehabilitasi. Untuk target, Junus mengatakan direncanakan lima tahun kedepan PIM bisa dinikmati sepenuhnya bagi kepentingan masyarakat.


Tidak ada komentar: