1.19.2009

Derita Sripah Yang Menderita Penyakit Aneh





Terbaring Di Ranjang Selama Delapan Tahun, Hanya Bisa Pasrah.


Tidak ada seorang pun menginginkan menderita penyakit . Apalagi jika sakit yang diderita dalam waktu lama. Termasuk juga Sripah,48,yang harus terbaring lemas di ranjang kamarnya hampir selama delapan tahun. Meski sudah diperiksa oleh tim medis, jenis penyakitnya masih belum diketahui.

AIRLANGGA-Pacet


Pagi itu sekitar pukul 10.00 kemarin (2/11), awan mendung menyelimuti sebuah Dusun bernama Mojoroto yang terletak di Desa Petak Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. suasana sepi pun terasa di sekeliling desa yang berada di dataran tinggi
Sebuah rumah kecil yang berdindingkan batu bata tanpa dilapisi dengan cat serta beralaskan tanah berdiri di antara rumah-rumah dusun tersebut. Di rumah dengan kesan belum jadi,terbaring seorang perempuan setengah baya yang tergolek lemas tidak berdaya.
Sripah, begitu seluruh tetangganya memanggil sebutan namanya. Sudah delapan tahun ini, Sripah tidak pernah bercengkrama dengan para ibu-ibu disekitar rumahnya. Aktifitas yang selalu dilakukan oleh para kaum ibu kebanyakan.
Sripah bukanlah seorang perempuan yang angkuh, dan bukan pula seorang perempuan yang tidak ingin bersosialisasi. Namun, penderitaan yang dialaminya lah yang memaksa ia untuk tidak bisa keluar rumah. Sripah menderita suatu penyakit yang aneh. Akibat penyakitnya tersebut,perempuan berusia 48 tahun ini tidak dapat keluar rumah. Jangankan keluar rumah, untuk beranjak dari ranjangnya saja ia tidak mampu.
Di kamar berukuran sempit dan pengap, Sripah tampak sendirian ditemani beberapa bantal dan selimut yang sudah bertahun-tahun menjadi sahabat sejatinya. Di tempat itu pulalah, Sripah makan, mandi dan buang air kecil layaknya seorang bayi. Tak jarang, Sripah harus memanggil salah satu anggota keluarganya untuk sekedar mendongakkan kepala karena terlalu capek.
‘’Sudah delapan tahun ia seperti ini, saya sudah pasrah begitu pula istri saya,’’ kata Subihan,suami Sripah. Dengan mata berkaca-kaca, lelaki berusia 52 tahun ini mulai bercerita awal mula istrinya terkena penyakit yang dipikirnya aneh tersebut.
Lelaki kurus dengan muka pucat tersebut menceritakan, istrinya mulai terkena penyakit sejak tahun 2001 lalu.
‘’ia mengaku merasa sakit di kepalanya, karena dipikir sakit biasa, ia hanya minum obat biasa saja,’’ katanya.
Sakit kepala yang diderita istrinya pun tidak kunjung sembuh selama tiga bulan. Karena khawatir, dengan biaya pas-pasan, Subhan mengantarkan istrinya ke Rumah Sakit Sumber Glagah Kecamatan Pacet. ‘’Hasil pemeriksaan di sana katanya sakit vertigo saja,’’ kata Subhan sembari tidak mengijinkan wartawan mengambil gambar istrinya.
Namun dua tahun kemudian, sakit yang diderita istrinya tidak juga kunjung sembuh. Ia pun memeriksakan ke Rumah Sakit Prof Dr.Soekandar Mojosari. Lagi-lagi usahanya tidak membuahkan hasil. Ia pun kembali ke rumah sakit tersebut pada tahun 2005. saat itu, istrinya sempat diopname selama satu minggu. Terhitung, sudah empat rumah sakit yang pernah dikunjungi untuk mengobati istrinya. ‘’Bahkan ada satu rumah sakit yang mendiagnosa hanya sakit migrain saja,’’ katanya. Namun tetap saja istrinya mengalami sakit kepala yang luar biasa.
Semakin hari, sakit yang diderita Sripah pun semakin parah. Tidak kenal putus asa, Subhan pun mencoba cara lain. Kali ini, ia berharap mendapat kesembuhan bagi istrinya di tangan pengobatan alternatif. Sudah beberapa ahli pengobatan didatanginya, akan tetapi, hasilnya sama saja. ‘’istri saya tidak ada perubahan, justru semakin parah,’’ katanya.
Kini, secercah harapan pun seakan-akan telah sirna bagi kedua pasangan suami istri yang telah dikaruniai dua cucu ini. Bukan hanya sakit yang diderita istrinya saja yang saat ini ia bingungkan. Lebih dari itu, saat ini Sripah sepertinya telah kehilangan tekat untuk bisa lepas dari penyakitnya. Hal ini dipicu puluhan kali usahanya berobat yang selalu menemui kegagalan. ”Istri saya sudah kapok dan putus asa, baik dengan medis maupun pengobatan alternatif. Dia sudah pasrah dan tak mau berobat,” tukasnya. Keluarga Sripah pun secara bergantian mengunjungi dirinya yang hanya bisa menyaksikan keceriaan cucunya dari atas ranjang. Kedua cucunya berharap, neneknya dapat bercanda dengan dirinya.
Kondisi demikian itu, tak pelak membuat Subihan tak bisa menjalani aktivitas lain selain menunggu istrinya itu. Bahkan untuk mencari nafkah saja, ia sudah tak punya waktu, selain alasan sulitnya mencari pekerjaan.
‘’Istri saya tidak bisa ditinggal meski semenitpun, saya harus berada disampingnya setiap saat, bahkan untuk salat Jumat saja, saya selalu memilih waktu terakhir. Karena dia sama sekali tak mau ditinggal,” ungkapnya.
Praktis dalam kondisi demikian, ia juga dirundung masalah ekonomi yang serius. ”Tak ada penghasilan untuk menghidupi istri. Untuk makan, harus seadanya, dan selama ini, kami dibantu anggota keluarga lain,” keluhnya.
Sejauh ini, Subihan mengaku belum mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Salah seorang tetangganya berharap, pihak terkait mau memberikan bantuan. Ia kini mengaku hanya bisa pasrah tentang cobaan yang dialaminya. ‘’Saya hanya ingin istri saya bisa sembuh dan kembali seperti semula,’’ katanya.

Tidak ada komentar: