1.06.2009

kerajinan Trowulan diminati wisatawan





Prosesnya Tidak Cukup Satu Tahap


MOJOKERTO - Kerajinan Cor kuningan Trowulan mulai dikenal. Ironisnya, produk kerajinan ini justru dikenal di daerah-daerah wisata, seperti Bali dan Jogjakarta. Tidak banyak yang datang langsung ke Mojokerto, tepatnya di Desa Bejijong ini.
Adalah Isa Destiawan, salah satu juragan pembuat patung dari kuningan. Nada bicaranya tegas dan mantap. Ia menjelaskan proses produksi hingga menjadi produk jadi yang siap dijual ke pasaran. Agak bingung juga membayangkan bagaimana besi cair itu tiba-tiba menjadi benda padat berbentuk sesuatu.

Proses apa saja yang dilalui dan bagaimana jalannya proses tersebut? Menurutnya, proses pembuatan patung dan apapun bentuknya, yang memakai material logam, tidak bisa sekali proses. Ada tahapan yang harus dilewati.
Pertama, sambungnya, dibuat cetakan awal yang terbuat dari lilin. Lilin ini dibentuk seperti pola (cetakan) yang diiinginkan. Misalnya kepala orang, sendok dan sebagainya, lalu dibungkus tanah liat. Setelah bentuknya seperti yang diinginkan, tanah dikeluarkan. Proses selanjutnya, lilin yang sudah menjadi pola tadi dibungkus tanah dan dipanaskan agar lilin mencair sampai yang tersisa tanah. Lewat lubang kecil, logam panas yang cair dimasukkan dalam cetakan yang sudah jadi tersebut.
Setelah dingin, cetakan dibongkar dan tampaklah sebuah produk yang masih kasar. Menurut Isa, cetakan ini hanya sekali pakai. Jadi jika dia mendapat pesanan ribuan patung kecil maka harus pula membuat cetakan sebanyak itu. Pekerjaan ini memang menuntut tenaga kerja yang cukup banyak.
’’Ada bagian yang hanya membuat cetakan lilin, hanya membakar cetakan agar lilin meleleh, ada yang tugasnya mengecor ke dalam cetakan, menghaluskan, mengelas jika diperlukan untuk menyambung dan sebagainya,’’ kata pria yang memiliki 14 pegawai ini.
Menurutnya, ada dua jenis patung kuningan yang biasa dibuat para perajin. Yaitu patung jenis abstrak dan jenis kuno. ’’Kedua-duanya paling banyak diminati,’’ katanya.
Usaha yang dirintis secara turun-temurun ini memang sangat menguntungkan. Pasalnya, setiap bulannya, ia mengaku mendapatkan omset senilai Rp 60 juta sampai Rp 70 juta. ’’Namun sekarang karena krisis global menjadi turun sekitar Rp 40 juta,’’ katanya.
Ia mengaku bisa memproduksi 250 hingga 300 buah cetakan setiap bulannya. ’’Setiap produk seharga Rp 100 ribu hingga Rp 1 juta,’’ katanya. Ia juga mengaku membuat produk sesuai pesanan pembelinya. ’’Bentuknya sudah ditentukan dari pembeli, kami hanya membuat saja,’’ katanya. (ang)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

kerajinan tradisional dan kerajinan logam tembaga kuningan juga harus di lestarikan:


kerajinan tembaga
kerajinan kuningan
tembaga kuningan