1.06.2009

Melihat Kerajinan Patung Trowulan Kabupaten Mojokerto






Dipasarkan Ke Bali dan Prancis, Penghasilan Bisa Mencapai Rp.5 Juta Perbulan

AIRLANGGA-Mojokerto



Sebagai salah satu daerah yang memiliki nilai historis tinggi yaitu salah satu daerah peninggalan kerajaan Majapahit, Kecamatan Trowulan memang memiliki potensi tersendiri. Tidak hanya potensi di bidang wisata, Trowulan juga memiliki potensi di bidang kerajinan tangan. Salah satunya kerajinan pembuat patung.
Patung-patung hasil kerajinan Kecamatan Trowulan sudah tidak diragukan lagi kualitasnya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pesanan yang berasal dari luar kota. Bahkan, nama Trowulan terdengar hingga mancanegara
.

Siang itu disalah satu galeri kerajinan Jalan Trowulan, seorang pria nampak sedang serius memperhatikan sebuah patung kera yang sedang menutupi matanya dengan kedua tangan. Patung tersebut nampak baru setengah jadi.
’’Patung ini harus selesai malam ini, karena besok harus sudah dikirim ke Prancis,’’ujar Deni Indianto.
Dengan memegang pahat adn palu, ia tampak teliti memahat wajah kera yang dibuatnya. Pembuatan patung memang diperlukan ketelitian, maklum, satu kali kesalahan, alibatnya bisa fatal.
Di galerinya, terlihat banyak batu-batu jenis batu hitam dan batu batu paras berukuran besar yang digunakannya sebagai bahan baku membuat patung. ’’Batu-batu besar ini saya datangkan dari Kabupaten Malang, awalnya saya membeli di Ngoro tapi karena ditempat itu sudah tidak menjual, saya pesan ke Malang,’’ ujarnya sambil memegang pahat untuk membentuk wajah patung.
Sambil membuat patung keranya, ia menceritakan sejarah memulai usahanya. Menurut pria berumur 27 ini, sebelum memulai usaha secara mandiri, ia bekerja kepada pengrajin pembuat patung selama dua tahun. ’’Waktu itu umur saya baru 21, saya bekerja di salah seorang pengrajin patung. Nah,dari sanalah saya belajar membuat patung,’’ katanya.
Karena merasa cukup memiliki ’’ilmu’’ memahat, ia memberanikan diri membuat usaha secara mandiri dengan modal yang ia dapat dari bekerja di orang lain.
Namun, setelah usahanya berjalan setahun, ia mengalami nasib sial. Usahanya yang ia bangun pun mengalamai kebangkrutan. ’’setelah itu saya sadar mungkin karya saya belum cukup bagus,’’ ujarnya.
Merasa karyanya kurang memuaskan, ia lalu kembali ’’berguru’’ dengan bekerja kepada pengrajin patung lainnya.
Setelah satu tahun bekerja, ia kembali bangkit memulai usaha mendirikan galeri kerajinan patung.
Kini, setelah usahanya berjalan hampir lima tahun, pria kurus ini telah memiliki tujuh orang pegawai.
Dalam sebulan, ia bisa mengirim patung buatannya ke seorang pengusaha asal Bali sebanyak satu truk. Dengan pengiriman sebanyak itu, materi yang ia dapatkan pun lumayan banyak.
’’Dalam sebulan, saya bisa mendapatkan keuntungan bersih sebanyak Rp.5 Juta,’’katanya.
Setiap patung yang dibuatnya, ia mematok harga dengan kisaran antara Rp 100 ribu hingga Rp.500 ribu.
Patung hasil buatannya rupanya tidak hanya dipsarkan di Bali. Salah satu pengusaha asal Prancis secara khusus memesan patung darinya.
Deni memang lebih beruntung dari pada pengrajin patung lainnya. Ia sudah memiliki dua pelanggan tetap yang selalu membeli hasil karyanya.
Sedangkan, untuk pengrajin lainnya belum tentu memiliki pelanggan tetap. ’’ kalau pengrajin lain, mungkin selesai membuat lalu dipasarkan hingga laku di Bali. Uangnya belum tentu dapat,’’ ujarnya.
Usaha pembuatan patung asal Trowulan memang sudah dikenal di berbagai kota. Hal ini juga tidak terlepas dari peninggalan kerajaan Majapahit. Konon, Trowulan merupakan pusat pemerintahan kerajaan Majapahit maka, suasana Majapahit sangat terasa saat menginjakkan kaki di Trowulan.
Di Kecamatan yang menghubungkan antara Surabaya dan Solo ini banyak terdapat candi-candi dan arca peninggalan Majapahit.
Hal inilah yang menjadi inspirasi para pemahat termasuk Deni Indianto. Selain pesanan – dari pembelinya, biasanya ia juga membuat patung yang diilhami dari arca-arca serta candi yang ada di Trowulan.
Bagi masyarakat umum, pembuatan patung yang dilakukan Deni memang cukup rumit. Apalagi jika dibuat secara mendetail. Namun, bagi seorang bapak adri satu anak ini, hal tersebut sudah menjadi kebiasaan. Bahkan, kerumitan pembuatan patung menjadi tantangan tersendiri bagi Deni.
Ia pun menjelaskan proses pembuatan patung karyanya.’’ Mula-mula, batu besar di buat pola dengan menggunakan kapur. Setelah itu saya memotong dengan gergaji khusus batu membentuk persegi panjang sesuai ukuran patung yang akan dibuat,’’ katanya.
Patung yang telah dipotong lalu oleh Deni langsung dipahat. ’’Setelah selesai dipahat, kemudian dihaluskan dengan kertas gosok,’’katanya.
Sebagai salah satu pemahat patung di Trowulan, ia pun berharap agar pemerintah lebih memperhatikan nasib para pengrajin dengan cara pemberian modal dengan bunga yang ringan.

Tidak ada komentar: